Thursday, January 22, 2009

Qolbun Salim

Hati yang selamat dari syubhat dan syahwat


"Pada hari dimana harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih." (QS, Asy-syu'ara':88-89)

Tanpa kecuali, semua manusia tengah berjuang untuk bertemu dengan Alloh.

"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Robbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya"(QS, Al-Insyiqaq:6)

Semua akan menemui Alloh dengan bekal yang telah mereka usahakan di dunia, meskipun pada akhirnya ada yang keliru membawa bekal, pa yang dibawanya justru menjadi beban yang menyengsarakan dalam perjalanan dan berbuah penderitaan di akhir perjalanan.
Alloh menyebutkan, bahwa bekal yang bermanfaat dan akan menyelamatkan manusia ketika bertemu dengan Alloh adalah
qolbun salim, hati yang selamat, tanpanya, seluruh hal yang diusahakan manusia menjadi tidak berguna, termasuk harta dan anak-anak.


Makna Qolbun Salim

Tak ada yang menyanggah, bahwa unsul paling penting dalam jasad manusia adalah hati, posisi hati bagi anggota badan yang lain laksana raja bagi rakyatnya, panglima bagi tentaranya, atau mirip pemegang remote control bagi barang elektronika, segala gerak-gerik dan ucapan dikendalikan oleh hati.
Hati yang mampu mengenali Alloh, hati pula yang memiliki irodah, kemauan untuk mentaati Alloh, sedangkan anggota badan hanyalah sebagai pelengkap dan alat yang membantu keinginan hati, jika hati baik, jasad akan mengikutinya dan jika hati rusak, anggota badan lain akan mentaatinya pula, jika hati selamat, semua akan selamat, jika hati binasa yang lain turut sengsara.

Lalu, seperti apakah gambaran hati yang selamat, yang mewakili karakter hati yang paling baik itu?
Persepsi sebagian orang, orang yang memiliki hati yang baik itu tidak memiliki musuh, tidak memiliki pantangan, bisa berbaur dengan siapapun, toleran kepada apapun, berkawan dengan kelompok manapun.

Sebagian lagi menyelisihi syariat yang zhahir, lalu berdalih "yang penting hatinya baik", seperti pernyataan seorang artis sepulang umrah, ia kembali membuka auratnya, melepas kerudungnya dengan alasan yang penting hatinya berhijab, ini adalah jawaban yang hanya layak diutarakan oleh orang yang hatinya terhijabi(tertutup) dari kebenaran. Karena bukti kebaikan hati adalah tunduk dengan syariat yang dibawa oleh Muhammad Rosululloh yang mengharuskan wanita untuk berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya.

Hati yang selamat, hati yang baik akan tercermin dalam seluruh aktivitas bathin dan lahir pemiliknya, hati yang selamat adalah hati yang selamat dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Alloh dan larangan-Nya, hati yang selamat dari syubhat yang menyelisihi khobar-Nya


Penyakit Syahwat dan Syubhat

Semua kesesatan dan kemaksiatan bersumber dari dua penyakit ini. Karena dorongan syahwat, orang yang telah memiliki ilmu tentang yang wajib menjadi enggan untuk melaksanakannya, karena syahwat, maksiat dan dosa dilakukan dengan penuh kesadaran. Ia tahu, apa yang diperbuatnya adalah dosa, tapi ajakan syahwatnya mengalahkan ilmunya. Hingga ketika syahwat berkali-kali menang, ia menjadi raja bagi pemiliknya. Apa yang menjadi pilihannya adalah pilihan syahwatnya dan apa yang dikerjakannya adalah order dari syahwatnya, ia jadikan hawa nafsu sebagai tuhannya.

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?" (QS, Al-Jatziyah:23)

Malik bin Dinar, ra, berkata "Alloh menciptakan malaikat dengan menyertakan akal tanpa syahwat, Alloh juga menciptakan binatang dengan menyertakan syahwat tanpa akal, lalu Alloh menciptakan manusia dengan menyertakan akal dan syahwat. Maka barangsiapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya, ia lebih mulia dari malaikat dan barangsiapa yang hawa nafsunya selalu mengalahkan ilmunya, ia lebih hina dari binatang".

Pemilik qolbun salim, hatinya selamat dari penyakit syahwat, jika mencintai, ia mencintai karena Alloh, jika ia membenci, membenci karena Alloh. jika ia menolak, menolak karena Alloh. Tak hanya sampai disitu, ia bersihkan diri dengan ketundukan dan berhukum kepada syariat yang dibawa oleh Rosululloh SAW.

Adapun penyakit syubhat adalah penyakit yang menimpa pemahaman, hal itu bisa disebabkan karena keliru dalam memilih sumbernya atau dari sumber yang benar namun salah cara mengambilnya. Hasil akhirnya adalah keyakinan sesat, pemikiran yang menyimpang dan amalan-amalan yang bernilai bid'ah. Penyakit ini sangat fatal, karena dari sinilah penyimpangan bermula, sementara pelakunya menganggapnya telah berbuat yang paling baik.

Alloh berfirman,
"Katakanlah! "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia(sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sendangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS, Al-Kahfi:103-104)

Hati yang selamat akan mengambil dari sumber yang bersih, al-Qur'an dan as-Sunnah, serta ijma' para ulama. Lalu mengambil dengan cara yang benar pula, mereka memahami ayat dan hadits sebagaimana yang dipahami oleh Nabi SAW dan para sahabatnya. Seperti yang diingatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas'ud, "Sesungguhnya kalian nanti akan mendapatkan suatu kaum, mereka mengklaim sedang mengajak kalian kepada al-Qur'an, padahalsesungguhnya mereka telah membuangnya di belakang punggung mereka, maka hindarilah tindakan melampau batas, berlebih-lebihan, dan perbuatan bid'ah, hendaknya kalian berpegang kepada ilmu dan hendaklah kalian berpegang kepada pemahaman para salaf"
Wallohu a'lam.

No comments:

Post a Comment